..I remember.. the way you glance
at me. Yes I remember…
Tara membeku di kursinya
mendengar ponselnya berdering ditengah-tengah pelajaran. Kini, semua murid
sedang berpaling kearahnya. Dengan gugup ia mengaduk-ngaduk isi tasnya yang
kini sudah berantakan diatas meja sebagian. Tangannya kini sibuk memindahkan
barang-barang lain dari dalam tasnya ke meja.
“MISS
TARA! Apa aku lupa memberitahumu bahwa peraturan sekolah ini melarang muridnya
membawa handphone ke sekolah?! Apa di negaramu tidak ada peraturan seperti
ini?!” suara lantang Mr. George membuat handphone yang berhasil Tara temukan
tergelincir kebawah meja. Dengan sigap teman sebangku Tara mengambilnya dan
segera mematikan handphonenya.
“MISS
TARA! Apakah sekolah ini sebagai lelucon bagimu? Aku tidak mengerti bagaimana
orang-orang itu menyeleksi para mahasiswa yang mendapat kesempatan mendapat
beasiswa untuk belajar kesini. Tapi di sekolah ini, siapapun kau, baru atau
lama, kau harus mematuhi peraturan yang ada! Understand!”suara Mr.George seperti menggema di seluruh sudut
kelas. Tara menahan nafas, dengan cepat ia menganggukkan kepalanya, terlalu
cepat sampai kepalanya membentur meja. Kini, seluruh murid menertawakan
dirinya. Air mata Tara menggenang di pelupuk matanya. Ia bahkan belum
mengetahui peraturan apapun karena ini hari pertamanya.
*
“MBAK
ANA! Mbak tahu perbedaan waktu antara Amerika dan Indonesia? Kenapa mbak
meneleponku pada jam segini? Bukankah di Indonesia sudah larut?”setengah
berteriak Tara meluapkan amarahnya.
“TARA!
Apa tinggal di negeri orang sudah membuatmu menjadi kehilangan sopan santunmu
kepada yang lebih tua!? Apa adat jawa mengajarimu untuk berteriak kepada orang
yang lebih tua darimu!? Hah!” suara diseberang sana tidak kalah lantangnya. Air
mata Tara menetes.
“aku
hanya ingin memberikan kesan baik di hari pertamaku masuk sekolah. apa mbak
peduli? Mbak bahkan tidak tahu aku ditertawakan seluruh kelas karena perbuatan
mbak pagi ini. Semua orang pasti akan menganggapku sebagai si bodoh dari Negeri
antah berantah. Mereka bahkan tidak tahu Indonesia ada di belahan bumi bagian
mana!”Tara menyeka air matanya.
“HEI!
Atara Naida! Apa ditertawakan murid seluruh kelas lebih kau pedulikan dari pada
mengetahui ibumu baru saja divonis kanker payudara!!? Tidakkah kau mengetahui
betapa paniknya aku?! Aku bahkan tidak dapat membedakan ini hari apa dan jam
berapa. Apa kau peduli?!”Tubuh Tara membeku mendengar pernyataan mbak Ana.
Pikirannya kosong. Tara tidak
tahu bagian mana yang sedang ia pikirkan. semua kejadian dengan perasaan yang
sangat berbeda jauh membuat kepalanya seperti akan meledak. Tadi malam, ketika
ia baru saja mendarat, menginjakkan kakinya pertama kali di Amerika, rasanya ia
tidak bisa berhenti untuk tersenyum. Lalu kejadian memalukan tadi pagi, dan
baru saja ia mendapat kabar bahwa ibunya divonis kanker payudara. Ia bahkan
tidak tahu lagi perasaan seperti apa yang ia rasakan sekarang. Tara menatap
layar handphonenya, foto ia, dan mama yang sedang tersenyum. Foto yang
diambilnya saat lebaran tahun lalu di Yogyakarta.
“are you oke? Wajahmu terlihat pucat
sekali. Ini, minumlah. Teh hangat bisa membuat dirimu sedikit santai.” Seorang
gadis berambut keriting menyentuh bahunya, gadis itu tersenyum sambil
menyodorkan botol termos kecil. Tara mengambilnya dan membalas senyumnya
canggung.
“thank you, mmm..” Tara mencari tanda
pengenal di baju gadis itu.
“Grace,
kau bisa memanggilku begitu. Aku juga murid dari pertukaran pelajar, sama
sepertimu. Aku dari Korea. Nama Koreaku sangatlah sulit, jadi kau boleh
memanggilku dengan Grace, itu nama asingku.” Gadis berambut keriting itu
tersenyum, membuat kedua matanya yang sipit seperti tidak terlihat.
“aku
Tara, aku dari Indonesia. Apa kau sudah lama di sekolah ini?”
“sekitar
satu tahun yang lalu. Ah, apa ini hari pertamamu?” Gadis itu membelalakan
matanya, seolah ingin menyamai mata bulat Tara yang besar. Tara mengangguk
pelan, tadi malam ketika ia sampai di bandara, seseorang dari KBRI bilang bahwa
hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah. Ia bahkan belum memindahkan barang-barangnya
dari kedutaan.
“kalau
begitu, kau belum tahu dimana asramamu?” mata gadis itu melebar melihat Tara
mengangguk lagi.
“oh my god, Jadi kau adalah roomate-ku!”Gadis itu berteriak girang,
rambut keritingnya bergoyang goyang mengikuti tubuhnya yang kini sedang
berloncat-loncatan.
“bagaimana
kau tahu?”Tara memicingkan matanya curiga.
“aku
bertanya pada pengelola asrama, mengapa kamarku hanya ada aku, sementara yang
lain memiliki roomate. Dia bilang
bahwa roomateku akan datang sebentar
lagi. Aku kira itu kau, karena hanya kamarku yang dihuni satu orang.”Gadis itu
tiba-tiba bertepuk tangan.
“ke-kenapa?”tiba-tiba
Tara merasa gugup, apa gadis didepannya ini aneh?
“ah
tidak. Aku tidak suka tinggal sendirian, dan aku sangat takut dengan suasana
gelap. Jadi, setahun terakhir aku tidur dengan lampu dan TV menyala sepanjang
malam, aku bahkan harus membayar untuk asrama karena pemakaian listrikku yang
sangat boros. Ah, tapi tidak apa-apa, sekarang kau adalah roomate-ku. Aku tidak
akan boros lagi karena harus menyalakan TV sepanjang malam.”Grace tersenyum,
mata sipitnya tenggelam membentuk garis lurus.
“kau
bilang, kau satu tahun diatasku? Apa aku harus menyebutmu dengan nama? Di
negaraku, itu terdengar tidak sopan.” Tara memikirkan perkataan mbak Ana yang
menyebutnya tidak sopan kepada yang lebih tua.
“di
negaraku pun begitu. Ah, kau bisa memanggilku oenni. Itu panggilan dinegaraku untuk kakak perempuan.”
“mmm..baiklah
oenni, sepertinya aku harus pergi.
Aku ada kelas lima menit lagi.”Tara melirik jam tangannya untuk memastikan.
Setelah melihat anggukan dari Grace, Tara langsung berlari menuju kelasnya.
*
Tara mengangkat kopernya sambil
menaiki tangga. Tara memikirkan kejadian saat ia mengambil barang di KBRI. Tara
memberanikan diri bertanya apakah ia bisa pulang dalam waktu dekat karena
ibunya sedang sakit. Tara masih ingat apa yang orang KBRI itu bilang, orang
KBRI itu mengatakannya dengan keras dan lantang seakan bergema di telinga
Tara..
“Apa
kamu berpikir bahwa jarak antara Amerika dan Indonesia hanya sekali naik bis?!
Kamu baru saja datang dan tiba-tiba minta pulang?Jika kamu tidak serius dengan
beasiswa ini, kamu bisa keluar. Masih banyak yang mengantre ingin mendapat
beasiswa kesini!”
Tara menyeka air matanya, ia tahu
ia tidak bisa melakukan apapun selain melanjutkan hidup disini. Tara berjalan
mencari kamarnya, 390.. 390.. sambil berjalan, ia tidak sadar menggumamkan
nomer kamarnya. Ah, ini dia. Tara membuka pintu, ia tidak perlu repot-repot
membukanya dengan kunci karena Grace bilang ia akan di rumah. Saat Tara tiba,
Grace sedang menonton TV.
“oh,
hai Tara? Lihatlah, aku menemukan jaringan TV Indonesia. Seseorang sedang
melakukan hipnotis. Apa di negaramu hal tersebut sangat populer? Tidakkah itu
mengerikan?” Grace mentap Tara, lalu matanya beralih ke televisi lagi.
“
jika disini ada hal semacam itu, aku ingin melakukannya. Sepertinya kepalaku
akan pecah.” Tara tersenyum canggung lalu berjalan menuju kamarnya. Grace hanya
menatapnya dengan bingung.
“apa
aku salah bicara?” Grace menatap punggung Tara yang sudah menghilang.
*
“apa
mama.. baik-baik aja mbak?”
“iya,
bude
baik-baik aja, sudah siuman. Mmm, Tara, untuk yang tadi, aku minta maaf.
Seharusnya aku tidak sekasar itu, aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana
saat mengetahui bude..”
“aku
yang harusnya minta maaf mbak, aku udah gak sopan. Harusnya aku berterima kasih
karena mbak udah nolong mama.”Tara menyeka air matanya, mengetahui bahwa ibunya
sudah lebih baik sedikit membuat hatinya tenang.
“Tara,
besok sudah masuk Ramadhan, apa kau baik-baik saja berpuasa disana? Aku dengar,
Amerika sedang musim panas.”
“mmm,
insyaAllah baik-baik aja mbak, minta do’anya aja.” Tara tersenyum lalu menutup
sambungan telepon. Ia berjalan ke meja makan untuk makan malam. ‘Besok adalah hari pertama bulan Ramadhan’
Tara menghela nafas panjang.
Tara kaget saat mencium bau opor
ayam, dan saat berada di ruang makan ia kaget bahwa ia benar-benar melihat opor
ayam di meja itu.
“oenni…”Tara merasa bahwa sekarang, ia
benar-benar merindukan Indonesia.
“aku
mencari resepnya di internet. Saat tahu bahwa roomateku adalah orang Indonesia, aku berusaha mencari masakan khas
Indonesia. Aku menemukan bahwa besok, umat muslim Indonesia akan menjalani
ibadah yang dinamakan puasa, aku tidak tahu apa kau menjalaninya atau tidak.
Tapi, menurut internet makanan khas di
bulan tersebut adalah makanan ini.”Grace melepas celemek yang ia gunakan untuk
memasak. “aku tidak tahu apakah rasanya sama atau tidak. Tapi, aku ingin kau
merasa seperti di rumah.”Grace berjalan ke meja makan.
“oenni..”Tara tidak dapat menahan air
matanya “oenni..gomawo.”Tara tersenyum tulus.
“omo.. kau bisa bahasa Korea?”Grace
menatap Tara tidak percaya.
“di
negaraku, boyband dari Korea
sangatlah terkenal. Aku mengetahuinya sedikit.”Tara tersenyum saat mengatakannya.
Mengingat bahwa ia adalah fans berat Super Junior.
“benarkah?
Ah sudahlah, ayo kita makan.” Grace memberikan semangkuk opor ayam untuk Tara.
Rasanya memang tidak sama, tapi
ini cukup untuk mengobati rindunya. Tara tersenyum “oenni? Apakah kau bisa memasak rendang?” lalu keduanya tertawa
bahagia. Kini mereka tahu, rumah bukan hanya sebuah bangunan di tanah air mereka masing-masing, tapi rumah juga adalah tempat orang-orang yang menyangimu dengan sangat, membuatmu selalu ingin
kembali.
***