Jumat, 12 April 2013

(fanfic) Maudy Ayunda-Reza Rahadian (TahuDiri)

Cast:
Maudy ayunda
Reza rahadian
***

    Meeting untuk syuting video klip ini berlangsung lama, model pria nya belum datang dan kami harus menunggunya. Entahlah, tidak bisanya sutradara begitu sabar menunggu orang. Yang aku tahu, jika terlambat lima menit saja, beliau pasti akan menelepon berkali-kali, sambil marah-marah. Tapi kali ini beliau tampak tenang dengan kopi dan koran yang sedang ia baca. Aku memerhatikan seluruh kru yang tampak tenang dan bersemangat membicarakan pria yang katanya artis terkenal dan dulu vakum dari dunia hiburan, sekarang beliau kembali lagi dan semua orang sangat bersemangat, baiklah kecuali aku.

    Dua jam kemudian ia datang. Aku tahu, karena semua kru sedang heboh. Aku masih enggan untuk berdiri dan mengucapkan selamat datang untuknya. Aku sengaja duduk membelakangi mereka. Lalu pria itu menghampiriku. Aku terkejut saat tahu itu adalah Reza! Iya Reza rahadian. Dadaku sesak. Ia tersenyum dan mengulurkan tangan padaku.

    “selamat bertemu lagi... Ayu.”  Senyumnya masih sama. Masih sama seperti dulu, senyum yang selama ini aku hindari. Dan aku hanya tersenyum pasrah. Aku lemas.

Hai selamat bertemu lagi
Aku sudah lama menghindarimu
Sialkulah kau ada disini
Sungguh tak mudah bagiku
Rasanya tak ingin bernafas lagi..
Tegak berdiri
Didepanmu kini..

    Syuting videoklip untuk single baruku sudah dimulai. Aku memejamkan mata. Sial! Kenapa harus Reza yang jadi model videoklipku? Lagu ini.. lagu ini memang untuknya. Aku menarik nafas berat. Aku harus profesional!

Dan upayaku tahu diri
Tak selamanya berhasil
Pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama
Pergilah.. menghilang sajalah lagi..

Air mataku menetes. Ia, tembokku runtuh. Ia, aku rindu Reza..

    “pergilah.. menghilang sajalah lagi..” aku dengan refleks menyebutkannya, air mataku menetes. Reza menatapku lekat. Sutradara belum menghentikan adegannya. Aku tidak berani menatapnya. Tapi Reza memaksaku agar menatapnya. Kami bertatapan lama, mencoba menyamakan persepsi tentang adegan kecelakaan yang belum di protes sutradara, dan tentang aku yang benar-benar menangis.

    “CUT!” sutradara akhirnya menghentikan adegan  ini. terimakasih tuhan. Aku menghembuskan nafas berat, lalu menyeka air mataku.

    “hebat kamu maudy! Saya melihat emosi kamu keluar sepenuhnya! Aktingmu benar-benar hebat!” sutradara menepuk-nepuk bahuku. Aku hanya tersenyum, iya.. hanya akting.
***

    Proses syuting selesai, akhirnya aku bisa terlepas dari semua ini. aku dengan segera membereskan barang-barangku di ruang ganti. Aku belum melihat Reza lagi. Ini lebih baik. Tidak bertemu denganya adalah hal paling benar. Aku harus segera pergi. Aku lalu berpamitan pada seluruh kru, dan berjalan ke jalan yang lebih besar untuk mencari taxi. Hari ini mobilku masuk bengkel dan sopirku sedang sakit, perfect banget!

    “Ayu! Ayo naik!” seketika seseorang dibalik jazz hitam membuyarkan lamunanku. Aku menatapnya. Oh dear.. tidak Reza lagi, aku masih bergeming.

    “ini sudah jam satu pagi. Kamu perempuan, dan gak baik perempuan jam segini pulang sendiri.” Reza sudah berdiri di dekatku. Tidak, jangan memberi perhatian padaku. Aku meringgis.

    “Ayu.. aku akan jelasin semuanya. Sambil jalan. Biarin aku nganterin kamu pulang.” Reza menatapku lekat, meminta jawaban. Aku menghembuskan nafas berat, dan mengangguk.
***

    Mobil Reza melaju pelan-aku merasa ini sangat pelan. Tapi aku tidak ingin bicara padanya. Aku masih diam. Reza menatapku dan menarik nafas.

    “tiga tahun lalu, waktu aku harus pergi ke Jerman. Aku tidak bisa menghubungimu. Aku harus pergi karena banyak hal. Papa meninggal, papa kandungku. Aku harus kesana untuk melihatnya, melihat wajahnya untuk terakhir kali. Sesampainya disana sudah banyak orang, kolega papa, keluargaku yang di Jerman, dan seorang pengacara kepercayaan papa. Ia membacakan surat wasiat untukku. Aku harus bertunangan dengan anak dari salah satu koleganya. Aku, dan anak kolega papa yang bernama Lisa terkejut. Lisa malah menolak dan berteriak keras pada papanya.”

Reza berhenti sejenak menatapku yang baru bisa menarik nafas setelah ia memberi jeda pada ceritanya.

    “waktu kamu melihatku dan Lisa ke Indonesia satu tahun lalu. Itu karena kami sedang mengurus pembatalan wasiat itu. Wasiat itu bisa batal ketika salah satu dari kami mundur dan membayar ganti rugi pada pihak yang satunya. Aku harus bekerja ekstra keras untuk membayar ganti ruginya, aku tidak mungkin meminta pada mama untuk membayar ganti rugi itu. Maaf jika kamu merasa bingung dengan hubungan kita, maaf juga karena baru sekarang aku bisa menjelaskan hal ini. Aku dan Lisa tidak jadi bertunangan. Lisa membantuku membayar ganti rugi kepada ayahnya, dan ia berterimakasih karena aku membatalkan wasiat papa.”
Bulir air mataku mengalir lagi

    “kenapa kamu gak bilang dari dulu?”

    “itu karena aku harus membereskan semuanya sebelum datang padamu dengan aku yang utuh.”

    “kamu gak takut aku lelah nunggu kamu?”

    “Aku percaya, selama aku melakukannya sesuai dengan jalanNya, Allah sendiri yang akan menjagamu untukku. Lagi pula, aku tahu kalau kamu akan menungguku. Karena, aku melakukan hal yang sama” Reza tersenyum lalu mengacak rambutku. Air mataku jatuh lagi.

    “nah, sudah sampai tuan putri. Sebelum tidur jangan lupa sikat gigi dan ambil wudhu. Have a nice dream.” Reza mengacak rambutku lagi, aku tersenyum. Bukan senyum terpaksa, tapi senyum bahagia.

    “have a nice dream too za.” Aku membuka pintu mobil. Menunggunya di depan sampai mobilnya hilang di kegelapan malam.




*ps: fanfic ini sebenarnya untuk sebuah event apa gitu saya lupa yang diadakan kompasiana. berhubung sedang jarang online kompasiana, akhirnya jadi draft. sayang banget kan ya? iya..
 so, enjoy reading. amatir nih bikin fanfic. hehehe :D

0 komentar:

Posting Komentar

Jumat, 12 April 2013

(fanfic) Maudy Ayunda-Reza Rahadian (TahuDiri)

Diposting oleh dea di 22.05
Cast:
Maudy ayunda
Reza rahadian
***

    Meeting untuk syuting video klip ini berlangsung lama, model pria nya belum datang dan kami harus menunggunya. Entahlah, tidak bisanya sutradara begitu sabar menunggu orang. Yang aku tahu, jika terlambat lima menit saja, beliau pasti akan menelepon berkali-kali, sambil marah-marah. Tapi kali ini beliau tampak tenang dengan kopi dan koran yang sedang ia baca. Aku memerhatikan seluruh kru yang tampak tenang dan bersemangat membicarakan pria yang katanya artis terkenal dan dulu vakum dari dunia hiburan, sekarang beliau kembali lagi dan semua orang sangat bersemangat, baiklah kecuali aku.

    Dua jam kemudian ia datang. Aku tahu, karena semua kru sedang heboh. Aku masih enggan untuk berdiri dan mengucapkan selamat datang untuknya. Aku sengaja duduk membelakangi mereka. Lalu pria itu menghampiriku. Aku terkejut saat tahu itu adalah Reza! Iya Reza rahadian. Dadaku sesak. Ia tersenyum dan mengulurkan tangan padaku.

    “selamat bertemu lagi... Ayu.”  Senyumnya masih sama. Masih sama seperti dulu, senyum yang selama ini aku hindari. Dan aku hanya tersenyum pasrah. Aku lemas.

Hai selamat bertemu lagi
Aku sudah lama menghindarimu
Sialkulah kau ada disini
Sungguh tak mudah bagiku
Rasanya tak ingin bernafas lagi..
Tegak berdiri
Didepanmu kini..

    Syuting videoklip untuk single baruku sudah dimulai. Aku memejamkan mata. Sial! Kenapa harus Reza yang jadi model videoklipku? Lagu ini.. lagu ini memang untuknya. Aku menarik nafas berat. Aku harus profesional!

Dan upayaku tahu diri
Tak selamanya berhasil
Pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama
Pergilah.. menghilang sajalah lagi..

Air mataku menetes. Ia, tembokku runtuh. Ia, aku rindu Reza..

    “pergilah.. menghilang sajalah lagi..” aku dengan refleks menyebutkannya, air mataku menetes. Reza menatapku lekat. Sutradara belum menghentikan adegannya. Aku tidak berani menatapnya. Tapi Reza memaksaku agar menatapnya. Kami bertatapan lama, mencoba menyamakan persepsi tentang adegan kecelakaan yang belum di protes sutradara, dan tentang aku yang benar-benar menangis.

    “CUT!” sutradara akhirnya menghentikan adegan  ini. terimakasih tuhan. Aku menghembuskan nafas berat, lalu menyeka air mataku.

    “hebat kamu maudy! Saya melihat emosi kamu keluar sepenuhnya! Aktingmu benar-benar hebat!” sutradara menepuk-nepuk bahuku. Aku hanya tersenyum, iya.. hanya akting.
***

    Proses syuting selesai, akhirnya aku bisa terlepas dari semua ini. aku dengan segera membereskan barang-barangku di ruang ganti. Aku belum melihat Reza lagi. Ini lebih baik. Tidak bertemu denganya adalah hal paling benar. Aku harus segera pergi. Aku lalu berpamitan pada seluruh kru, dan berjalan ke jalan yang lebih besar untuk mencari taxi. Hari ini mobilku masuk bengkel dan sopirku sedang sakit, perfect banget!

    “Ayu! Ayo naik!” seketika seseorang dibalik jazz hitam membuyarkan lamunanku. Aku menatapnya. Oh dear.. tidak Reza lagi, aku masih bergeming.

    “ini sudah jam satu pagi. Kamu perempuan, dan gak baik perempuan jam segini pulang sendiri.” Reza sudah berdiri di dekatku. Tidak, jangan memberi perhatian padaku. Aku meringgis.

    “Ayu.. aku akan jelasin semuanya. Sambil jalan. Biarin aku nganterin kamu pulang.” Reza menatapku lekat, meminta jawaban. Aku menghembuskan nafas berat, dan mengangguk.
***

    Mobil Reza melaju pelan-aku merasa ini sangat pelan. Tapi aku tidak ingin bicara padanya. Aku masih diam. Reza menatapku dan menarik nafas.

    “tiga tahun lalu, waktu aku harus pergi ke Jerman. Aku tidak bisa menghubungimu. Aku harus pergi karena banyak hal. Papa meninggal, papa kandungku. Aku harus kesana untuk melihatnya, melihat wajahnya untuk terakhir kali. Sesampainya disana sudah banyak orang, kolega papa, keluargaku yang di Jerman, dan seorang pengacara kepercayaan papa. Ia membacakan surat wasiat untukku. Aku harus bertunangan dengan anak dari salah satu koleganya. Aku, dan anak kolega papa yang bernama Lisa terkejut. Lisa malah menolak dan berteriak keras pada papanya.”

Reza berhenti sejenak menatapku yang baru bisa menarik nafas setelah ia memberi jeda pada ceritanya.

    “waktu kamu melihatku dan Lisa ke Indonesia satu tahun lalu. Itu karena kami sedang mengurus pembatalan wasiat itu. Wasiat itu bisa batal ketika salah satu dari kami mundur dan membayar ganti rugi pada pihak yang satunya. Aku harus bekerja ekstra keras untuk membayar ganti ruginya, aku tidak mungkin meminta pada mama untuk membayar ganti rugi itu. Maaf jika kamu merasa bingung dengan hubungan kita, maaf juga karena baru sekarang aku bisa menjelaskan hal ini. Aku dan Lisa tidak jadi bertunangan. Lisa membantuku membayar ganti rugi kepada ayahnya, dan ia berterimakasih karena aku membatalkan wasiat papa.”
Bulir air mataku mengalir lagi

    “kenapa kamu gak bilang dari dulu?”

    “itu karena aku harus membereskan semuanya sebelum datang padamu dengan aku yang utuh.”

    “kamu gak takut aku lelah nunggu kamu?”

    “Aku percaya, selama aku melakukannya sesuai dengan jalanNya, Allah sendiri yang akan menjagamu untukku. Lagi pula, aku tahu kalau kamu akan menungguku. Karena, aku melakukan hal yang sama” Reza tersenyum lalu mengacak rambutku. Air mataku jatuh lagi.

    “nah, sudah sampai tuan putri. Sebelum tidur jangan lupa sikat gigi dan ambil wudhu. Have a nice dream.” Reza mengacak rambutku lagi, aku tersenyum. Bukan senyum terpaksa, tapi senyum bahagia.

    “have a nice dream too za.” Aku membuka pintu mobil. Menunggunya di depan sampai mobilnya hilang di kegelapan malam.




*ps: fanfic ini sebenarnya untuk sebuah event apa gitu saya lupa yang diadakan kompasiana. berhubung sedang jarang online kompasiana, akhirnya jadi draft. sayang banget kan ya? iya..
 so, enjoy reading. amatir nih bikin fanfic. hehehe :D

0 komentar on "(fanfic) Maudy Ayunda-Reza Rahadian (TahuDiri) "

Posting Komentar