Selasa, 12 Maret 2013

BINADESA!

syalalalala, gue janji bakalan ngeposting tentang bina desa kaan? iya kan? nah! inilah saatnya.. JRENG..JRENG... ini tuh laporan perjalanan gue sebenernya. dan banyak banget kesalahan-kesalahan dalam penggunanan bahasa indonesia yang baik dan benar. terus baru inget juga lupa nyamtumin siapa yang diwawancara, lupa nyebutin di RT mana gue ngewawancara. dan baru sadar setelah dikirim! hiiih! yaudahlah ya laporan seadanya, ngirimnya juga pake panik. abisan gue ketiduran masa pas bikin laporan -_- akhirnya bangun dan misuh-misuh nyari modem. mamaaak! jam 23.59 hari ini deadline nyaa -_- jujur deh, saat panik semuanya tuh kayak lambat banget, dan rasanya pengen guling-guling di lantai saking paniknya ketika gue liat jam sudah menunjukkan pukul 23.10 dan gue belom ngerevisi laporan sama sekali. yaudah, gue ngerevisi dulu, sampai akhirnya, jadilah laporan macam begini:

 Hari ini, tanggal 10 maret 2013 saya magang binadesa ke desa Cimanggu, Bogor. lebih tepatnya di desa Cijatake. Pertama kali ketika saya diberitahu bahwa inilah desa nya, saya tadinya biasa saja, sampai ternyata mobil terus masuk dan meninggalkan jalanan aspal. Jalannya sudah berbatu dan tak jarang sesekali membuat mobil yang saya dan teman-teman tumpangi goyang-goyang seperti mau mogok, karena tidak lurusnya permukaan tanah. tapi alhamdulillah mobil bisa masuk sampai di depan rumah kepala dusunnya.

Respon kedua setelah turun dari angkot, sedih. warganya belum punya kamar mandi sendiri :( kenapa? karena air bersih memang sulit. katanya, mereka sudah mencoba membuat sumur dan sampai kedalaman duabelas meter gak keluar air, yang ada malah gas? untuk bagian ini, saya gak tahu benar atau salah kan masih 'katanya'.

yang jelas, permasalahan utama mereka adalah air bersih. selama ini mereka mandi di sungai yang menurut saya airnya kotor. terus yang membuat sedih dari tidak adanya kamar mandi adalah, banyak warga yang pergi mandi hanya dengan sehelai handuk! dari tempat saya duduk-duduk, tinggal turun sedikit dan itu sudah sungai, saya melihat seorang remaja putri baru beres mandi dan hanya memakai handuk. bagaimana kasus perkosaan tidak naik kalau begini?

Permasalahan kedua adalah pendidikan, tidak banyak warga yang mengenyam pendidikan tinggi. apalagi wanita, paling tinggi hanya sampai jenjang SMP, kebanyakan bahkan sudah putus sekolah ketika kelas tiga SD. para pemudanya juga, paling tinggi sampai jenjang SMA. dan yang paling membuat saya sedih adalah, ada seorang anak namanya Mumuh, kelas empat SD. ia tidak ingin melanjutkan ke SMP karena pusing dengan pelajaran yang diberikan. ia tidak bisa mengerjakan PR nya, dan ia tidak bisa bertanya kepada orang tuanya karena orang tua nya pun tidak tamat SD. sedih sekali memang mendengarnya, saya juga jadi sadar bahwa wanita itu perlu pendidikan! walaupun akhirnya ke dapur-dapur juga, tapi setidaknya dapat mengajari anaknya tentang pelajaran disekolahnya, atau paling tidak membantunya mengerjakan PR.

Permasalahan ketiga adalah ekonomi. ketika pendidikan kita rendah, pekerjaan apa yang bisa didapat? sangat sulit bukan? begitu pula dengan warga desa ini. penghasilan mereka hanya dari berdagang, atau bertani. berbeda-beda setiap RT. karena akses untuk airnya pun berbeda. RT 1 memiliki akses lebih banyak kepada air karena daerahnya lebih rendah, sedangkan RT 4 yang daerahnya tinggi dan menanjak membuat air sulit. kebanyakan warga menanam padi, buah-buahan, sayur-sayuran, yang nantinya akan di jual ke Jakarta. kenapa mesti Jakarta? saya juga tidak tahu -_- mungkin peminatnya lebih banyak? mereka juga menebang pohon karet dan menggantinya dengan menanam sayuran, alasannya kerena sayuran lebih cepat panen dan menghasilkan dari pada karet. menurut mereka, karet itu memang lebih mahal, tetapi lama dalam masa panennya. tidak seperti sayuran yang cepat panennya. Namun, ketika mereka menebang pohon karet dan menggantinya menjadi sayuran mengakibatkan berkurangnya resapan terhadap air. Dan menurut saya, daerah disana rawan longsor.

Permasalahan keempat adalah sosial. Remaja yang ada di desa itu memiliki perkumpulan atau kita sebut gank yang bernama 'Balak' fungsi dari perkumpulan ini adalah sebagai penggembira pada acara dangdutan. remaja-remaja itu tidak memiliki wadah untuk menggiring mereka mengerjakan hal positif. warga desa ini juga sudah termodernisasikan. dilihat dari bahasa yang mereka gunakan 'lo-gue, bokap-nyokap' dan bahasa-bahasa lain seperti yang di perkenalkan di televisi. yang saya takut dengan adanya modernisasi ini, mereka yang notabene masih menyerap segala hal yang di pertontonkan di televisi, membuat mereka tidak bisa mengontrol diri mereka sendiri. yang nantinya akan berimbas pada konflik sosial yang lain.

Permasalahan kelima adalah kesehatan. mereka bilang, belum ada bidan di desa ini. meskipun ada bidan, itu jauh sekali. puskesmas juga jauh. jadi ketika ada sesuatu yang mendesak, misalnya melahirkan, sulit sekali mencari bidan.

Permasalahan keenam adalah kelembagaan yang kurang berjalan disini. memang ada PNPM, tetapi kurang berjalan karena kurangnya pasrtisipasi warga. disini saya lihat juga kurangnya kepercayaan kepada pemerintah. itu didasarkan pada tidak percayanya mereka dengan subsidi gas yang di berikan pemerintah. kata mereka, mereka takut untuk memakai subsidi gas tersebut karena takut meledak. mereka lebih baik beli, atau malah masih banyak yang sampai sekarang memasak dengan kayu bakar.

Pada dasarnya, mereka welcome dengan kami-mahasiswa-, mereka senang jika ada mahasiswa yang mengunjungi desa mereka. mereka merasa dimudahkan dalam urusan birokrasi mengurus-ngurus hak mereka, seperti e-ktp, jamkesmas, dll. tetapi terkadang banyak mahasiswa yang hanya datang ketika mereka ada tugas saja, seringnya tidak berlanjut. saya juga banyak melihat bekas-bekas kunjungan mahasiswa lain untuk desa tersebut, yang sekarang tidak dijalankan. jika desa ini terpilih menjadi desa binaan kami, insyaAllah kami akan mengembangkan desa itu, lalu akan perlahan-lahan beralih hingga akhirnya menjadi hanya mengontrol desa tersebut.

Solusi yang saya pikirkan setelah survey desa adalah:
1. membuat rumah baca, juga mengajar anak-anak

2. membuat kegiatan-kegiatan positif untuk pemuda-pemudi, juga ibu-ibu, seperti pengajian, membuat kerajinan yang bisa dijadikan sektor ekonomi bagi mereka.

3. menggeser pemikiran masyarakat untuk mulai percaya kepada pemerintah, karena jika tidak, tidak akan ada sinergi dari hasil program-program positif yang di ajukan pemerintah

4. bekerja sama dengan rumah sakit atau puskesmas untuk mengadakan pengobatan gratis dekat desa. Jadi, warga desa tersebut tidak harus jauh-jauh untuk memeriksakan kesehatannya.

5. bekerja sama dengan PDAM untuk membuat sulingan air bagi masyarakat.

Waktu mikirin solusi, gue sama sekali gak tahu juga mau membuat solusi apa? secara perdana ngurusin desa. gak tahu deh masuk akal gak sih solusi gue? yaudah anggep aja masuk. laporan ini baru tahap ketiga setelah seleksi berkas dan wawancara. masih ada seleksi lagi untuk sampai menjadi anggota BINADESA. kalo masuk sukur, kalo nggak juga yaaa mau gimana lagi? kalo nggak masuk, berarti emang gue nya gak bagus mungkin kinerja nya *eciee dea dewasa banget* yaudahlah, segini aja curhat perjalanan pengiriman laporan bindes gue hahahaha. udah gak panik lagi brooh udah dikirim :p syalalalala gak jadi guling-guling dan sekarang bersiapa buat ngerjain tugas -_- suruh siapa gue ketiduran tadi? *iya-iya* bubye galauersss... muehehehehe :p

0 komentar:

Posting Komentar

Selasa, 12 Maret 2013

BINADESA!

Diposting oleh dea di 09.42
syalalalala, gue janji bakalan ngeposting tentang bina desa kaan? iya kan? nah! inilah saatnya.. JRENG..JRENG... ini tuh laporan perjalanan gue sebenernya. dan banyak banget kesalahan-kesalahan dalam penggunanan bahasa indonesia yang baik dan benar. terus baru inget juga lupa nyamtumin siapa yang diwawancara, lupa nyebutin di RT mana gue ngewawancara. dan baru sadar setelah dikirim! hiiih! yaudahlah ya laporan seadanya, ngirimnya juga pake panik. abisan gue ketiduran masa pas bikin laporan -_- akhirnya bangun dan misuh-misuh nyari modem. mamaaak! jam 23.59 hari ini deadline nyaa -_- jujur deh, saat panik semuanya tuh kayak lambat banget, dan rasanya pengen guling-guling di lantai saking paniknya ketika gue liat jam sudah menunjukkan pukul 23.10 dan gue belom ngerevisi laporan sama sekali. yaudah, gue ngerevisi dulu, sampai akhirnya, jadilah laporan macam begini:

 Hari ini, tanggal 10 maret 2013 saya magang binadesa ke desa Cimanggu, Bogor. lebih tepatnya di desa Cijatake. Pertama kali ketika saya diberitahu bahwa inilah desa nya, saya tadinya biasa saja, sampai ternyata mobil terus masuk dan meninggalkan jalanan aspal. Jalannya sudah berbatu dan tak jarang sesekali membuat mobil yang saya dan teman-teman tumpangi goyang-goyang seperti mau mogok, karena tidak lurusnya permukaan tanah. tapi alhamdulillah mobil bisa masuk sampai di depan rumah kepala dusunnya.

Respon kedua setelah turun dari angkot, sedih. warganya belum punya kamar mandi sendiri :( kenapa? karena air bersih memang sulit. katanya, mereka sudah mencoba membuat sumur dan sampai kedalaman duabelas meter gak keluar air, yang ada malah gas? untuk bagian ini, saya gak tahu benar atau salah kan masih 'katanya'.

yang jelas, permasalahan utama mereka adalah air bersih. selama ini mereka mandi di sungai yang menurut saya airnya kotor. terus yang membuat sedih dari tidak adanya kamar mandi adalah, banyak warga yang pergi mandi hanya dengan sehelai handuk! dari tempat saya duduk-duduk, tinggal turun sedikit dan itu sudah sungai, saya melihat seorang remaja putri baru beres mandi dan hanya memakai handuk. bagaimana kasus perkosaan tidak naik kalau begini?

Permasalahan kedua adalah pendidikan, tidak banyak warga yang mengenyam pendidikan tinggi. apalagi wanita, paling tinggi hanya sampai jenjang SMP, kebanyakan bahkan sudah putus sekolah ketika kelas tiga SD. para pemudanya juga, paling tinggi sampai jenjang SMA. dan yang paling membuat saya sedih adalah, ada seorang anak namanya Mumuh, kelas empat SD. ia tidak ingin melanjutkan ke SMP karena pusing dengan pelajaran yang diberikan. ia tidak bisa mengerjakan PR nya, dan ia tidak bisa bertanya kepada orang tuanya karena orang tua nya pun tidak tamat SD. sedih sekali memang mendengarnya, saya juga jadi sadar bahwa wanita itu perlu pendidikan! walaupun akhirnya ke dapur-dapur juga, tapi setidaknya dapat mengajari anaknya tentang pelajaran disekolahnya, atau paling tidak membantunya mengerjakan PR.

Permasalahan ketiga adalah ekonomi. ketika pendidikan kita rendah, pekerjaan apa yang bisa didapat? sangat sulit bukan? begitu pula dengan warga desa ini. penghasilan mereka hanya dari berdagang, atau bertani. berbeda-beda setiap RT. karena akses untuk airnya pun berbeda. RT 1 memiliki akses lebih banyak kepada air karena daerahnya lebih rendah, sedangkan RT 4 yang daerahnya tinggi dan menanjak membuat air sulit. kebanyakan warga menanam padi, buah-buahan, sayur-sayuran, yang nantinya akan di jual ke Jakarta. kenapa mesti Jakarta? saya juga tidak tahu -_- mungkin peminatnya lebih banyak? mereka juga menebang pohon karet dan menggantinya dengan menanam sayuran, alasannya kerena sayuran lebih cepat panen dan menghasilkan dari pada karet. menurut mereka, karet itu memang lebih mahal, tetapi lama dalam masa panennya. tidak seperti sayuran yang cepat panennya. Namun, ketika mereka menebang pohon karet dan menggantinya menjadi sayuran mengakibatkan berkurangnya resapan terhadap air. Dan menurut saya, daerah disana rawan longsor.

Permasalahan keempat adalah sosial. Remaja yang ada di desa itu memiliki perkumpulan atau kita sebut gank yang bernama 'Balak' fungsi dari perkumpulan ini adalah sebagai penggembira pada acara dangdutan. remaja-remaja itu tidak memiliki wadah untuk menggiring mereka mengerjakan hal positif. warga desa ini juga sudah termodernisasikan. dilihat dari bahasa yang mereka gunakan 'lo-gue, bokap-nyokap' dan bahasa-bahasa lain seperti yang di perkenalkan di televisi. yang saya takut dengan adanya modernisasi ini, mereka yang notabene masih menyerap segala hal yang di pertontonkan di televisi, membuat mereka tidak bisa mengontrol diri mereka sendiri. yang nantinya akan berimbas pada konflik sosial yang lain.

Permasalahan kelima adalah kesehatan. mereka bilang, belum ada bidan di desa ini. meskipun ada bidan, itu jauh sekali. puskesmas juga jauh. jadi ketika ada sesuatu yang mendesak, misalnya melahirkan, sulit sekali mencari bidan.

Permasalahan keenam adalah kelembagaan yang kurang berjalan disini. memang ada PNPM, tetapi kurang berjalan karena kurangnya pasrtisipasi warga. disini saya lihat juga kurangnya kepercayaan kepada pemerintah. itu didasarkan pada tidak percayanya mereka dengan subsidi gas yang di berikan pemerintah. kata mereka, mereka takut untuk memakai subsidi gas tersebut karena takut meledak. mereka lebih baik beli, atau malah masih banyak yang sampai sekarang memasak dengan kayu bakar.

Pada dasarnya, mereka welcome dengan kami-mahasiswa-, mereka senang jika ada mahasiswa yang mengunjungi desa mereka. mereka merasa dimudahkan dalam urusan birokrasi mengurus-ngurus hak mereka, seperti e-ktp, jamkesmas, dll. tetapi terkadang banyak mahasiswa yang hanya datang ketika mereka ada tugas saja, seringnya tidak berlanjut. saya juga banyak melihat bekas-bekas kunjungan mahasiswa lain untuk desa tersebut, yang sekarang tidak dijalankan. jika desa ini terpilih menjadi desa binaan kami, insyaAllah kami akan mengembangkan desa itu, lalu akan perlahan-lahan beralih hingga akhirnya menjadi hanya mengontrol desa tersebut.

Solusi yang saya pikirkan setelah survey desa adalah:
1. membuat rumah baca, juga mengajar anak-anak

2. membuat kegiatan-kegiatan positif untuk pemuda-pemudi, juga ibu-ibu, seperti pengajian, membuat kerajinan yang bisa dijadikan sektor ekonomi bagi mereka.

3. menggeser pemikiran masyarakat untuk mulai percaya kepada pemerintah, karena jika tidak, tidak akan ada sinergi dari hasil program-program positif yang di ajukan pemerintah

4. bekerja sama dengan rumah sakit atau puskesmas untuk mengadakan pengobatan gratis dekat desa. Jadi, warga desa tersebut tidak harus jauh-jauh untuk memeriksakan kesehatannya.

5. bekerja sama dengan PDAM untuk membuat sulingan air bagi masyarakat.

Waktu mikirin solusi, gue sama sekali gak tahu juga mau membuat solusi apa? secara perdana ngurusin desa. gak tahu deh masuk akal gak sih solusi gue? yaudah anggep aja masuk. laporan ini baru tahap ketiga setelah seleksi berkas dan wawancara. masih ada seleksi lagi untuk sampai menjadi anggota BINADESA. kalo masuk sukur, kalo nggak juga yaaa mau gimana lagi? kalo nggak masuk, berarti emang gue nya gak bagus mungkin kinerja nya *eciee dea dewasa banget* yaudahlah, segini aja curhat perjalanan pengiriman laporan bindes gue hahahaha. udah gak panik lagi brooh udah dikirim :p syalalalala gak jadi guling-guling dan sekarang bersiapa buat ngerjain tugas -_- suruh siapa gue ketiduran tadi? *iya-iya* bubye galauersss... muehehehehe :p

0 komentar on "BINADESA!"

Posting Komentar