Minggu, 10 Maret 2013

(cerpen) keluarga selayaknya?

Hari ini langit mendung, dari tadi pagi. Membuat segalanya jadi lamban! aku, mereka, dan kini pesawat yang harus diundur jam terbangnya tiga jam lagi! ya tuhan, tak tahukah mereka bahwa aku sangat-sangat sibuk? aku harus bertemu dengan seseorang. Seseorang yang hampir 17 tahun ingin aku temui, seseorang yang hanya bisa aku bayangkan, seseorang yang ahh, pasti sangat tampan, gagah, dan berwibawa!

Ayahku, aku ingin bertemu dengannya. Bagaimanakah rupanya? apakah ia masih ingat aku? Ah, memikirkannya saja hatiku sudah berdesir. Aku rela hari ini bolos sekolah, berdebat dengan tante mira, dan akhirnya harus menunggu tiga jam lagi untuk naik pesawat ke tempatnya. Ah, apa sesulit itu bertemu denganmu papa? Apakah jarak antara kita benar-benar tidak ada kompromi? Apakah bahkan tuhan tidak mengizinkanku bertemu denganmu hari ini? papa, rindu ini sudah membuncah ruah dari tujuh belas tahun yang lalu. Saat itu aku masih dalam kandungan ibu. Tahukah kau papa, bahkan aku yang hanya segumpal darah dan daging pun sudah rindu akan sentuhanmu. tapi aku takut, takut bahwa engkau akan menolakku, takut kalu engkau sama sekali tidak mengenaliku. Aku takut papa, apa yang harus aku lakukan jika benar ini terjadi? aku tidak punya siapa-siapa lagi papa. Mama meninggal satu tahun yang lalu, aku sama sekali tidak tahu beliau memiliki penyakit jantung. Mama, sangat menjagaku, bahkan sampai akhir hayatnya pun masih memikiran aku. Tapi aku tahu aku masih punya engkau, tante mira memberi tahuku bahwa sebenarnya engkau masih hidup. Ah, papa aku telah dibohongi selama tujuh belas tahun ini, mereka bilang engkau sudah tiada. Tapi aku senang bahwa engkau masih hidup, jadi rinduku ini ada.penawarnya.

Papa, tahukah engkau bahwa anak gadismu telah tumbuh dewasa? Aku sudah tujuh belas tahun papa, genap tanggal tujuh belas kemarin. Aku dapat banyak selamat dan hadiah dari kolega-kolega mama. Tapi tahukah papa? Sebenarnya hanya ucapan selamat ulang tahun darimulah yang aku tunggu. Aku tidak meminta hadiah. Aku, hanya ingin bertemu denganmu. Bercerita tentang segalanya, seperti anak-anak lain yang mengadu tentang temannya padamu, atau berunding perguruan tinggi mana yang akan aku pilih setelah lulus SMA nanti. Papa, aku tidak marah untuk tujuh belas tahun yang terlanjur berlalu. Tapi, aku memohon untuk aku yang dimasa depan agar bertemu denganmu, melalui hal-hal yang terlewat, dan memulai segalanya dari awal lagi.

Tapi tahukah papa betapa terkejutnya aku bahwa kamu sama sekali tidak mengenaliku. Kamu, terlalu bahagia dengan apa yang kamu miliki. Keluarga. ya, kamu memiliki keluarga yang sangat menyayangimu. Istrimu, anakmu. Sampai kamu lupa bahwa kamu pernah punya aku dan mama. Ah, papa kamu tidak ingat? benarkah? bahkan aku saja yang tujuh belas tahun tidak bertemu denganmu masih ingat. Papa? aku bagian dari spermamu yang kamu titipkan di rahim mama. Ingatkah? papa kumohon bicaralah, bilang bahwa kamu ingat aku, ingat mama. Aku tidak marah kamu punya istri lagi, tapi bisakah kamu ingat aku papa?
Aku mengguncang tubuhmu, lebih keras, lebih cepat, tapi kamu tetap diam. Tidak menengok padaku, dan tidak membuka matamu.

Ya, papa.. Kamu meninggal hari ini, hari tepat ketika aku datang untuk memperkenalkan diri. Aku melihatmu dimandikan, dikafankan, dan tentu saja disholatkan. Lalu kamu dibawa ke pemakaman umum. Papa, aku melihatmu tersenyum, ini akhir yang bahagiakah?
Ah, waktu..waktu.. Bisakah tuhan memberi kita bonus waktu satu jam saja? Untuk memperkenalkan diriku padamu. Meski sudah terlambat, aku akan tetap memperkenalkan diri. Papa, ini aku anakmu. Selamat jalan.. Semoga bertemu mama disurga, agar kalian dapat bercengkrama membicarakan aku, seperti papa dan mama selayaknya. :")

***
THE END

0 komentar:

Posting Komentar

Minggu, 10 Maret 2013

(cerpen) keluarga selayaknya?

Diposting oleh dea di 00.59
Hari ini langit mendung, dari tadi pagi. Membuat segalanya jadi lamban! aku, mereka, dan kini pesawat yang harus diundur jam terbangnya tiga jam lagi! ya tuhan, tak tahukah mereka bahwa aku sangat-sangat sibuk? aku harus bertemu dengan seseorang. Seseorang yang hampir 17 tahun ingin aku temui, seseorang yang hanya bisa aku bayangkan, seseorang yang ahh, pasti sangat tampan, gagah, dan berwibawa!

Ayahku, aku ingin bertemu dengannya. Bagaimanakah rupanya? apakah ia masih ingat aku? Ah, memikirkannya saja hatiku sudah berdesir. Aku rela hari ini bolos sekolah, berdebat dengan tante mira, dan akhirnya harus menunggu tiga jam lagi untuk naik pesawat ke tempatnya. Ah, apa sesulit itu bertemu denganmu papa? Apakah jarak antara kita benar-benar tidak ada kompromi? Apakah bahkan tuhan tidak mengizinkanku bertemu denganmu hari ini? papa, rindu ini sudah membuncah ruah dari tujuh belas tahun yang lalu. Saat itu aku masih dalam kandungan ibu. Tahukah kau papa, bahkan aku yang hanya segumpal darah dan daging pun sudah rindu akan sentuhanmu. tapi aku takut, takut bahwa engkau akan menolakku, takut kalu engkau sama sekali tidak mengenaliku. Aku takut papa, apa yang harus aku lakukan jika benar ini terjadi? aku tidak punya siapa-siapa lagi papa. Mama meninggal satu tahun yang lalu, aku sama sekali tidak tahu beliau memiliki penyakit jantung. Mama, sangat menjagaku, bahkan sampai akhir hayatnya pun masih memikiran aku. Tapi aku tahu aku masih punya engkau, tante mira memberi tahuku bahwa sebenarnya engkau masih hidup. Ah, papa aku telah dibohongi selama tujuh belas tahun ini, mereka bilang engkau sudah tiada. Tapi aku senang bahwa engkau masih hidup, jadi rinduku ini ada.penawarnya.

Papa, tahukah engkau bahwa anak gadismu telah tumbuh dewasa? Aku sudah tujuh belas tahun papa, genap tanggal tujuh belas kemarin. Aku dapat banyak selamat dan hadiah dari kolega-kolega mama. Tapi tahukah papa? Sebenarnya hanya ucapan selamat ulang tahun darimulah yang aku tunggu. Aku tidak meminta hadiah. Aku, hanya ingin bertemu denganmu. Bercerita tentang segalanya, seperti anak-anak lain yang mengadu tentang temannya padamu, atau berunding perguruan tinggi mana yang akan aku pilih setelah lulus SMA nanti. Papa, aku tidak marah untuk tujuh belas tahun yang terlanjur berlalu. Tapi, aku memohon untuk aku yang dimasa depan agar bertemu denganmu, melalui hal-hal yang terlewat, dan memulai segalanya dari awal lagi.

Tapi tahukah papa betapa terkejutnya aku bahwa kamu sama sekali tidak mengenaliku. Kamu, terlalu bahagia dengan apa yang kamu miliki. Keluarga. ya, kamu memiliki keluarga yang sangat menyayangimu. Istrimu, anakmu. Sampai kamu lupa bahwa kamu pernah punya aku dan mama. Ah, papa kamu tidak ingat? benarkah? bahkan aku saja yang tujuh belas tahun tidak bertemu denganmu masih ingat. Papa? aku bagian dari spermamu yang kamu titipkan di rahim mama. Ingatkah? papa kumohon bicaralah, bilang bahwa kamu ingat aku, ingat mama. Aku tidak marah kamu punya istri lagi, tapi bisakah kamu ingat aku papa?
Aku mengguncang tubuhmu, lebih keras, lebih cepat, tapi kamu tetap diam. Tidak menengok padaku, dan tidak membuka matamu.

Ya, papa.. Kamu meninggal hari ini, hari tepat ketika aku datang untuk memperkenalkan diri. Aku melihatmu dimandikan, dikafankan, dan tentu saja disholatkan. Lalu kamu dibawa ke pemakaman umum. Papa, aku melihatmu tersenyum, ini akhir yang bahagiakah?
Ah, waktu..waktu.. Bisakah tuhan memberi kita bonus waktu satu jam saja? Untuk memperkenalkan diriku padamu. Meski sudah terlambat, aku akan tetap memperkenalkan diri. Papa, ini aku anakmu. Selamat jalan.. Semoga bertemu mama disurga, agar kalian dapat bercengkrama membicarakan aku, seperti papa dan mama selayaknya. :")

***
THE END

0 komentar on "(cerpen) keluarga selayaknya? "

Posting Komentar